Tuhan lebih dekat dari urat leher mu…………

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Sampai sekarang saya masih bingung dengan kalimat ini. Siapa yang dimaksud dengan ‘KU’ di sini? Jika aku menggunakan tangan, aku menyebutkan tangan-ku. Aku menggunakan tangan. Berarti aku bukan tangan. Jika ‘aku’ menunjuk salah satu anggota badan, berarti aku bukan badan. Pikiran? Bukan juga. Saat kita berkata aku menggunakan pikiranku, berarti aku bukan pikiran. Emosi? Juga bukan. Emosiku. Berarti emosi itu milikku..

Kembali, tentang Tuhan.

Yang saya fahami tentang Tuhan adalah kehidupan ini yang tiada berakhir. Urat leher mewakili kehidupan badan. Jika demikian, berarti Tuhan lebih dekat pada diri. Dengan kata lain Tuhan sebagai representasi kehidupan jiwa lebih di utamakan ketimbang kepentingan kenyamanan badan (urat leher). Jika urat leher putus berarti putus pula keinginan untuk menyamankan badan. Pengutamaan kenyamanan badan merupakan simbol penyembahan berhala ragawi.

So, jika mau mulia jiwa mu, utamakan Tuhan yang lebih dekat ke diri. Berarti kehidupan ruhani lebih utama timbang kenyamanan badan. Bunuhlah keinginan. Ini bermakna memutuskan urat nadimu. Bukan pemahaman secara harfiah. Tapi pemaknaan membunuh keinginan. Keinginan merupakan gambaran nafsu. Ini terkait erat dengan intelektuak yang mengutamakan untung-rugi bagi badan.

Kematian keinginan itulah yang dimaksud dengan kalimat: ‘MATILAH SELAGI HIDUP’ Bukan kematian raga, tetapi kematian keinginan. Keinginan terhadap kenyamanan duniawi. Hanya di dunia inilah kita bisa belajar mematikan keinginan raga. Bukan belajar bahkan, sungguh-sungguh mematikan keinginan raga. Namun juga jangan dipaksakan. Biarlah keinginan raga jenuh dengan sendirinya. Kejenuhan itu bisa terjadi secara alami…

Kejenuhan ini bisa muncul jika dan jika kita memahami tujuan utama kelahiran. Bukan prioritas. jika tujuan kelahiran masih prioritas, berarti masih ada prioritas ke dua, tiga dst. Satu-satunya tujuan kelahiran adalah meningkatkan kemuliaan jiwa. So, inilah yang dimaksud dengan Tuhan lebih dekat daripada urat leher yang menurut saya mewakili kenyamanan badaniah. Jika demikian pemaknaannya, utamakan segala upaya untuk memuliakan jiwa. Matikan atau potong urat lehermu agar yang ada hanya Tuhan. Kemuliaan jiwa mulia. Mengapa jiwa kita masih saya eksis di badan?

Karena jiwa belum bisa bersatu dengan jiwa murni. Jiwa yang eksis di badan ini masih memiliki identitas. Identitas ini berupa baju yang kita kenakan selama ada di dunia. Atribut si marhento, pulan, dan siapa lagi lah yang menghalangi penyatuan ini. Inilah hijab. Hijab-hijab atau tirai ini bisa di buka kembali hanya saat kehidupan ini. Karena dahulu memperolehnya juga di bumi. Jadi kita harus meletakkan di tempat kita mengambil. Tidak bisa diselesaikan di alam lain. Inilah karma.

Jika saat di bumi atau kehidupan ini , kita juga tidak faham tujuan tunggal kelahiran, merugilah kita. Ini yang dimaknai dengan kalimat dari suatu ayat, bahwa manusia dalam keadaan merugi hidupnya….

So, potong lah urat lehermu, dengan ini kamu menghidupkan Tuhan. Atau kemurnian jiwa. Kesadaran murni……