Memahami rahasia alam sesungguhnya sangat mudah. Saya teringat suatu cerita dalam bacaan cerita silat yang jadi kegemaran saya dahulu saat masih kecil. Dalam cerita tersebut dikisahkan seorang pendekar yang diburu oleh musuhnya. Si pendekar adalah seorang yang cerdas. Ia bukannya bersembunyi di tempat yang sunyi dan jauh, tetapi ustr sembunyi di kota yang ramai. Sedikit orang yang berpikir bahwa tempat paling dekatlah yang paling aman. Karena biasanya orang berpikir bahwa seseorang bersembunyi tentu menjauhi keramaian.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Demikian juga jika ingin mengetahui rahasia alam. Rahasia kehidupan untuk menjadi seorang yang bahagia. Lihatlah sekitar kita. Perhatikan burung yang berkicau. Mereka menyebarkan kebahagiaan. Mereka berkicau karena senang. Tiada sedikitpun harapkan pahala. Kita berdoa pun karena ada maksudnya. Bukan berdoa karena senang atau bersyukur.
Dimana Tuhan berada? Kita seringkali menganggap Tuhan berada di suatu tempat yang jauh. Padahal jelas sekali dalam kitab suci tertulis bahwa Tuhan lebih dekat dari urat lehermu. Kitab suci adalah catatan segala yang pernah dialami oleh para nabi. Kitab suci merupakan catatan pengalaman dari para nabi.
Para suci berbagi pengalaman yang membuat diri mereka berbahagia. Sekali lagi mereka hanya menyampakan, tdak memaksaka kehendak bahwa beliau harus diikuti. Tiada sedikitpun pemaksaan kehendak. Mengapa demikian? Karena para suci menyadari bahwa setiap manusia memiliki jiwa yang bebas. Disinilah letak perbedaan manusia yang masih berada di level ketinggian dan yang masih berada di semak belukar.
Ketika kita berdiri di semak belukar, pandangan kita terbatas oleh semak belukar.Sehingga kita segala wacana kita terbatas sejauh batas sema belukar. Para nabi dan suci sudah bisa memanjat pohon yang tinggi. Ketika mereka berada di ketinggian, mereka bisa melihat dari atas.Dan mereka bisa memaklumi pandagan manusia yang masih berada di sekitar semak belukar.Sangat terbatas.
Semak belukar inilah pikiran kita. Jika kita mau belajar dari alam, dengan mudah kita bisa keluar dari permainan ilusi. Dengan selalu menganggap bahwa kita sudah bebas dari semak belukar pikiran, kita ternyata masih terjebak dalam area pikiran kita. Dalam anggapan kita. Kita belum bisa melihat keluasan langit. Kita masih terjebak dalam frame pembatas, pikiran sendiri.
Pikiran kita juga yang menciptakan kotak pembatas bahwa keyakinanku lebih baik dari keyakinan yang lain. Selama kita tidak berani keluar dari sangkar kenyamanan, selama itu pula pandangan kita terbatas. Dan keterbatasan pandangan ini yang menciptakan penderitaan.
Repotnya lagi, kita tida punya keberanian untuk terjun ke area yang tidak kita ketahui. Selama ini area kenyamanan yang menurut kita diketahui adalah bahwa keyakinanku adalah paling baik. Dan jika aku melakukan segala ritual yang selama ini ditanamkan ke dalam pikiranku, aku pasti sampai di tujuan yang menurut orang-orang enak suasananya. Padahal, tiada seorang pun yang bisa kembali setelah berkunjung ke tempat tersebut. Jadi sesungguhnya tempa tersebut juga masih jadi bahan pertanyaan. Ada atau tidak?
Kita begitu terbelenggu dengan kisah yang sudah diceritakan ratusan kali. Seperti bahasa iklan. Repetitif dan intensif… Jadi seakan nyata. Padahal belum tentu kebenarannya. Iklan adalah cara efektif untuk menghipnosis. Kta terjebak dalam area permainan hipnosis. Para nabi dan para suci sudah bisa keluar dari permainan ini. Bukan permainan baru. Sudah sejak ada manusia permainan seperti ini eksis.
Pilihan ada di tangan kita, Terjun ke area tidak jelas untuk bebas dari cengkeraman hipnosis massal atau tetap tinggal dalam kenyamanan hipnosis. Hanya seorang pemberani yang berani terjun untuk membebaskan diri dari cengkereman hipnosis massal…
Tidak mudah mengikuti jejak para sucidan nabi. Jalan berliku dan penuh duri. Bukan jalan raya yang penuh kenyamanan duniawi.
Tidak seorang pun dari para suci dan nabi hidup nyaman saat menempuh jalan ini. Jalan kebebasan diri… Bukan jalan perbudakan kenyamanan dunia….