Socrates seorang filosof Yunani guru dari Plato sekaligus kakek guru Aristoteles dibunuh karena selalu berteriak di pasar keramaian. Ia mengingatkan manusia agar tidak menuruti keinginan yang berlebihan. Mungkin saja ia pernah mendatangi suatu pesta pernikahan dan mengajukan beberapa pertanyaan yang membuat si pemilik gelisah dengan mengajukan pertanyaan yang mendasar…
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Misalnya, mengapa mesti mengadakan pesta berlebihan sementara keadaan keuangan tidak memungkinkan? Menyangkut penyelenggaraan pesta berlebihan sering ditemui di perdesaan. Banyak orang yang hanya ingin pamer agar disebut orang berada atau mampu, namun sesungguhnya kondisinya tidak demikian. Tentu saja pertanyaan demikian bagi penyelenggara pesta dianggap mengganggu.
Bisa saja seorang Socrates pergi ke tengah pasar dan meneriakkan bahwa sesungguhnya banyak barang tidak dibutuhkan diperjual belikan di toko. Keberadaan seorang Socrates akan mengganggu mereka yang menuhankan kenyamanan dunia. Jika saja Socrates hadir saat ini, ia akan bisa dibantai di pasar atau mall yang menjual barang yang banyak tidak dibutuhkan orang.
Keadaan kita yang selalu saja tidak pernah sadar dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan membuat kesimbangan dunia terganggu. Apa yang diingatkan Socrates masih sama dengan yang disampaikan oleh Mahatma Gandhi.
“Dunia bisa memenuhi kebutuhan setiap orang tetapi tidak bakal bisa memenuhi
keinginan yang berlebihan dari seorang manusia”
Penyakit manusia masih sama dari beberapa ribu tahun yang lalu. Inilah sebabnya dunia juga masih eksis. Dunia bisa eksis karena adanya friksi antara mereka yang serakah VS yang sadar akan kebutuhannya. Tuhan tidak ada urusan dengan mereka yang serakah. Dunia masih saja seperti milyaran tahun yang lalu, arena permainan.
Banyak filsuf atau nabi turun untuk mengingatkan bahwa keserakahan adalah penyakit yang merusak manusia. Keinginan berlebihan membuat manusia menderita. Kemarahan disebabkan keinginan tidak terpenuhi juga menjadikan manusia menderita. Terakhir, keserakahan untuk menaikkan derajat diri juga menarik ke dalam jurang kesengsaraan.
Mungkin banyak yang amemepertanyakan, mengapa filsuf dipersamakan dengan nabi? Sophia bagian dari kata filsaat. Arti kata sophia berarti bijaksana. Filsafat adalah mereka yang menyukai kebijaksanaan. Bukankah yang disamapaikan oleh para nabi juga hal-hal yang bijaksana? Ke duanya ada persamaan, menyukai kebijaksanaan.
Kebijaksanaan ke duanya berasal dari sumber satu dan sama. Sang Pemilik Alam ini. Dia menghendaki dunia tidak rusak oleh keserakahan manusia. Oleh karenanya, Ia mengutus para filsuf dan nabi untk menyampaikan atau mengingatkan manusia agar tidak memiliki keinginan berlebihan sehingga pada akhirnya merusak dunia.
Semua yang disampaikan tidak ada urusannya dengan eksistensi Dia. Dunia rusak atau tetap eksis, Dia tetap eksis di semesta. Peringatan dari Dia melalui filsuf dan nabi semata untuk kebaikan manusia sendiri. Ia mengingatkan, jika bumi rusak, manusia sendiri yang mengalami kerugian. Dan ternyat semua benar adanya.
Tetapi karena manusia masih saja memuja nafsunya, kebanyakan tidak mengindahkan atau lupa. Lupa masih lumayan. Seperti seorang yang sedang berpuasa, jika lupa masih dimaafkan selama tidak disengaja. Pemujaan kenikmatan duniawi belangsung sejak manusia eksis di dunia. Kapankak keserkahan muncul?
Keserakahan muncul ketika manusia memiliki teman dan sanak saudara. Coba bayangkan jika manusia hidup sendiri, ia tidak bakal serakah karena tidak ada yang disaingi. Ketakutan untuk tidak mendapatkan bagian, itulah penyebab utama keserakahan.
Manaje diri sendiri agar bisa mengatasi rasa ketakutan. Kita harus ingta bahwa ketakutan atau F.E.A.R adalah kepanjangan:
F = false
E = emotion
A = appearing
R = real
Emosi palsu yang tampaknya riil atau nyata. Benarkah demikian? Ya…. Jika kita ketakutan sesungguhnya saat itu dikuasai emosi palsu. Bagaikan hantaman ombak laut. Akibat hantaman gelombang laut, kapal bisa hancur. Tetapi, kemanakah ombak atau gelombang yang menghantam kapal tadi? Ia hanya ombak semu. Ombak yang eksis sementara. Bentuk nyata tidak ada..
Kembali pada Socrates yang ia sesungguhnya juga utusan dari Sang Pemilik Agung untuk mengingatkan agar manusia tetap menjaga kelestarian alam demia kenyamanan dan keamanan keberlangsungan hidup manusia..
Hiduplah selaras dengan sifat alam yang senantiasa hidup sebatas kebutuhan untuk hidup secara sederhana. Tidak berlebihan….