Gampang sekali orang berkata beragama. Agama adalah suatu lembaga atau institusi. Hal ini yang menjadikan keadaan sekarang semakin amburadul. Banyak orang menggunakan agama atau lembaga institusi sebagai kedok untuk mendirikan partai demi mengumpulkan massa. Hal ini sangat mudah karena merasa satu keyakinan di bawah satu institusi agama yang sama.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Ketika seseorang bertanya, agama Baginda Rasul SAW apa? Tiada seorang pun bisa menjawab. Sesungguhnya adalah kebenaran bahwa saat itu rasul para pembawa agama tidak beragama. Nabi Isa pun bukan seorang beragama Kristen atau Katholik. Beliau para suci tidak mengaku beragama.
Berketuhanan? Ya. Pasti. Ketuhanan adalah sifat Tuhan. Berketuhanan berarti melakoni sifat-sifat Tuhan. Maha Pengasih dan Penyayang terutama. Untuk melakoni sifat-sifat Tuhan tidak diperlukan suatu lembaga institusi. Tidak perlu ritual khusus. Hanya menyadari bahwa sebagai ciptaan Tuhan merasa bahagia mencintai Sang Khalik. Perwujudan dari rasa cinta adalah menyayangi dan mengasihi semua yang diciptakan oleh Dia. Sama juga jika kita merasa hormat dan cinta kepada orang tua kita. Sayangi dan kasih segala yang menjadi milik orang tua kita. Jangan mensia-siakan pemberiannya.
Beragama sangatlah mudah. Tulis saja di KTP. Jika ada orang lain bertanya: “Kamu beragama?” Beragama berarti memiliki agama. Ya dengan mudah dijawab: “Ya..lah. Saya beragama. Agama kan simbol bahwa seakan kita ber Tuhan….”.
Lain halnya jika anda ditanya:” Anda berketuhanan?” Sangat sulit menjawab. Bagaimana suatu sifat diceritakan? Berlembar halaman dan segepok buku tidak akan bisa menjelaskan tentang bagaimana sesorang berketuhanan. Lihat saja perbuatan, pikiran, dan ucapan sehari-harinya menggambarkan sifat-sifat Tuhan atau tidak…
Orang melabelkan diri sebagai orang beragama sangatlah mudah. Berbuat dan melakoni aturan agama saja sudah cukup dinyatakan sebagai orang relijius. Sehingga tidak mengherankan para teroris yang suka melakukan tindakan kekerasan dianggap suci dan baik oleh para sesama relijius. Karena tolak ukurnya bukan: “Apakah perbuatan, ucapan, serta pikiran memberikan ketenteraman dan kedamaian bagi sesama dan lingkungan. ” Cukup pergi beribadah, puasa, dan bersedekah. Serta yang utama berpakaian seragam dengan yang dikenakan sesama keyakinan” Berpikir, berucap dan berperilaku sesuai sifat-sifat Tuhan, kasih dan sayang… tidak perlu… Mudah bukan????
Hidup berketuhanan? Sungguh sulit. Karena tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Hanya si pelaku sendiri yang bisa merasakan kebahagiaan dan keceriaan ketika melakoni sifat utama Tuhan. Kasih dan Sayang. Segala perbuatannya selalu berlandaskan untuk kepentingan umum. Mengutamakan perbuatan yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat umum. Bukan bagi golongan, kelompok apalagi pribadi.
Kasih dan sayang adalah sifat alam. Matahari, air, angin dan bumi senantiasa memberikan semua kebutuhan manusia. Tiada keinginan mereka untuk minta balasan. Demikian pula seseorang yang berketuhanan. Senantiasa memberi dan meberi tanpa harapkan balasan. Semata sebagai persembahan kepada Dia yang dikasihi. Inilah perilaku berketuhanan.
Saat dulu para suci dan nabi menyampaikan berita baik. Beliau-beliau ini menyampaikan tanpa harapkan balasan .Tugas para suci hanya menyampaikan berita baik dan bermanfaat bagi manusia. Beliau para suci sudah mengalami Tuhan dan kemudian turun menyadarkan kita yang masih dalam kegelapan.
Beliau-beliau ini sebagai bukti nyata bahwa kita semua bisa seperti para suci dan nabi. Jangan merasa rendah diri bahwa kebaikan itu monopoli para nabi. Hanya tergantung keberanian dan tekad dari kita sendiri…..
Tiada yang berhak menentukan perbuatan baik kita kecuali kita sendiri…..
Nasib untuk jadi orang baik atau buruk sepenuhnya di tangan kita….