Lha iyalah… Jelas anggota bahkan pendukung utama dari Pro Kelompok Subur (PKS). Itulah jebakan media. Banyak sekali ulasan tentang perkara sapi. Tentang hal-hal yang sesungguhnya tidak bermanfaat bagi kehidupan kita. Kita lupa sama sekali bahwa kehadiran kita di bumi untuk membereskan diri sendiri. Sama sekali bukan untuk memperbaiki dunia.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Memang siapa diri kita? Sok merasa bisa memperbaiki dunia. Bukankah semua hanya permainan Tuhan. Mungkin ada yang tidak percaya bahwa Tuhan ada. Boleh saja. Itu juga hak dia. Ini juga permainan. Ketika kita merasa bertuhan kemudian menuduh orang lain tidak bertuhan, kita juga repot. Memang Tuhan rugi jika ada yang tidak mengakui keberadaan Nya?

Tidak juga… Kita saja yang merasa bertuhan kemudian ribut menuduh orang lain kafir, musyrik, penyembah berhala, dan lain tuduhan yang seringkali kita sendiri tidak mengerti artinya. Semua hanya karena pengaruh kata. Kata si A, B, dan Z begini lho. Orang itu kafir dan musyrik. Semua hanya menunjuk kesalahan orang lain. Sama sekali lupa bahwa keberadaan kita di bumi ini memiliki satu tujuan. Menghilangkan penyakit hati. Iri, dengki, sombong, merasa paling benar sendiri.

Kita begitu terjebak oleh tulisan di media. Ketika ada tulisan tentang partai ini baik dan partai itu buruk, kita langsung membaca. Kemudian menghakimi sesuai dengan keterbatasan kita. Pikiran kita bekerja, dilanjutkan dengan emosi. Marah, kesal karena menganggap bahwa partai tersebut bersih. Seringkali dilanjutkan dengan permusuhan. Menganggap bahwa orang tersebut berseberangan dengan diri kita. Yang rugi siapa kemudian jika kita selalu melihat ke luar diri? Kita. Kita terjebak dalam permainan yang amat sangat merugikan evolusi jiwa.

Ketika anda tertarik oleh judul artikel di atas, anda juga sudah terjebak dalam permainan. Diri kita sendiri yang kemudian harus berani mengevaluasi, apakah isi dari tulisan tersebut bermanfaat bagi perkembangan jiwa kita atau semakin memperburuk evolusi jiwa. Baik dan buruk bagi evolusi bukan tergantung banyak sedikitnya pendukung.

Media layar kaca, media tulisan, dan media pendengaran alias gosip begitu membius diri kita. Selama kita tertarik untuk membicarakan hal yang akhirnya menambah iri hati, kedengkian, dan menaikkan emosi kemarahan kita membuktikan kita masih defisit energi. Kita belum mampu menembus batas pengkondisian masyarakat. Kita belum bisa berhubungan dengan Dia. Kita belum mampu mengakses singgasana Nya dalam hati setiap insan.

Apa yang mau dibanggakan? Kita masih jadi budak masyarakat. Masih budak pikiran. Budak setan yang menjauhkan diri dari keilahian. Masih bisakah kita pada tahap ini mengatakan sudah bertuhan? Jia kita memang benar-benar sudah bertuhan, kita tidak lagi terpengaruh oleh gosip. Kita tidak tertarik lagi untuk menulis atau membaca hal yang menjauhkan diri dari Tuhan. Dari perjalanan menuju kepada Dia.

Apakah hanya sekedar tercantum pada kolom katepe bahwa kita sudah bertuhan?

Apakah sekedar kita sudah melakukan ritual sembahyang dan pergi ke pura atau tempat ibadah lain?

Apakah sekedar bersedekah?

Apakah sekedar melakukan hal-hal yang tampak dari luar?

Sepertinya semuanya hanya untuk mengelabui orang lain. Tetapi Dia tidak membutuhkan tampilan luar yang sekedar pameran pada orang lain. Jika hanya berhenti pada ritual yang menyenangkan orang lain, kita akan segera mendapatkan balasannya. Pujian paling sedikit. Lebih besar lagi jabatan atau kekuasaan. Balasan dari Dia?

Dijamin: TIDAK ADA…