Itulah jika hidup mengalir saja bagaikan air. Mungkin falsafah hidup mengalir saja bagaikan air sangat pupuler, namun sadar kah kita jika pola hidup kita seperti itu, bagaikan mayat hidup. Tanpa jiwa. Mengapa?

Karena sebagian besar atau bahkan kelompok mayoritas di dunia ini tidak memahami tujuan kehidupan. Alasannya!!!! Itu pertanyaan yang pas dan perlu jawaban yang jitu, menurut saya. Bukankah ini pertanyaan dari saya, dan tentu jawabannya juga dari diri sendiri. Bolehkan dianggap jitu????

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Serius amat…. Bukankah kehidupan tidak begitu serius, mengapa kening berkerut dan hati mengumpat? Rugi dhunk… Santai saja sobs… Hidup sekali saja dalam zaman ini , koq begitu serius…. Sayangilah badan anda jika hidup terus dengan kening berkerut… Coba ambil kaca, dan lihatlah diri anda… Nah sekarang tersenyumlah…..

Indahnya dunia dan syukurilah bahwa kita masih bisa berkaca. Berarti kita masih bisa melihat. Inilah syukur atas mata yang sehat dan senyum yang ceria…. bahagianya hidup ini sobs…..

Ahhh….. samapai lupa menjawab pertanyaan sendiri, mengapa kebanyakan mayoritas tidak sadar.

Jika saja kebanyakan manusia sadar, tentu pertumbuhan penduduk tidak secepat sekarang. Mengapa? Karena banyak orang akan memikirkan orang lain juga. Bukan hanya memikirkan kesenangan sendiri. Walaupun mampu, ia akan mencari tujuan lain selain kenikmatan badani.

Pertumbuhan populasi yang sangat cepat, tentu memerlukan lahan untuk tempat tinggal. Akibatnya, lahan yang dahulunya bisa ditanam bahan makanan, sekarang semakin berkurang. Lahan yang dahulunya merupakan area penyimpanan air, sekarang sudah hilang digunakan untuk lahan perumahan.

Bukankah luas daratan terbatas, bahkan mungkin menyempit karena wilayah lautan meluas. Memang dari sudut pandang massa bumi, pertambahan manusia tidak menambah atau mengurangi massa bumi. Bisa jadi yang dahulunya tanaman sekarang sudah jadi manusia. Pohon tidak butuh tempat tinggal, lain halnya manusia.

Ini juga alasannya mengapa zaman dahulu pertumbuhan populasi lambat? Karena manusia dahulu sadar bahwa manusia tergantung dari alam. Sehingga mereka secara tidak sadar mengalihkan energi seks ke arah yang lebih memuliakan jiwanya. Mereka sadar bahwa manusia terdiri dari jiwa dan raga.

Semakin tinggi cara berpikir secara meterialism, semakin manjauhkan diri dari sumber kehidupan. Arah pikirannya mengalir ke bawah. Bukan ke atas. Ke bawah berarti lebih memikirkan kenikmatan ragawi ketimbang kepuasan batin atau jiwa.

Bukankah jika hanya memikirkan kenikmatan raga bagaikan robot? Lupa bahwa tujuan keberadaan bukan untuk menuhankan badan. Memang demikian keadaan mayat hidup. Lihat saja gerakan zombie atau gerakan mayat hidup di beberapa film mandarin. Semata hanya mengikuti perintah majikan. Siapa majikan kita saat ini? Tuhan atau kerumunan massa yang belum menyadari tujuan keberadaan kita di bumi ini?

Masing -masing memiliki jawaban. Dan itu sesuai dengan keputusan kita. Tiada seorangpun yang bisa mempengaruhi diri kita kecuali diri sendiri. Setiap orang harus bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri….