Selama ini kita begitu membanggakan insting. Tanpa sadar sesungguhnya kita sedang mengagungkan kehewanian dalam diri kita. Pernahkah kita merenungkan bahwa yang sesungguhnya kita banggakan dengan insting berkaitan erat dengan sifat hewaniah. Inilah insting dasar atau basic insting yang selama ini menjadi topik kebanggaan manusia.
Mari kita renungkan.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Urusan insting tentu tidak leoas dengan masalah: ‘makan, tidur, kenyamanan, seks, dan survival, pertahanan diri.’
(Soul Awareness by Svami Anand Krishna, www.booksindonesia.com)
Katakanlah itu ururan untuk golongan, kelompok, atau diri sendiri. Semuanya berkaitan hanya untuk kepentingan manusia. Boleh dikatakan golongan yang jumalh orangnya lebih banyak. Tetapi tetap saja dalam golongan tersebut mengatakan ada golongan lainnya yang pemahaman pola pikirannya tidak sama dengan golongan mereka. Dengan kata lain, mash ada pengkotakan. Inlay pola dasar kerja pikiran. Ego….
Jadi sebenarnya kika kita masih mengandalkan insting untuk hidup di dunia atau berpikiran berdasarkan insting, kita masih belum beranjak dari intelektualitas. Intelektualitas senantiasa berkaitan dengan ego atau diri pada lapisan tubuh. Dan semuanya tenta dikaitkan dyngan diri, balk satu orang ataupun golongan. Kebiasaan kita membeda-bedakan membuktikan kita masih pada tahapan lapisan luar. Kita bedum beranjak dari tahapan intelectual atau kepintaran kognitif. Inikah tujuan utama kelahiran? Bagaimana mungkin bisa kembali ke asal mula, Sang Jiwa Maha Agung.
Mau sampai kapankah kita lahir-mati dan lahir-mati? Kelahiran dan kematian kita karena kita belum melampaui insting. Memang jika kita membantah, bukankah ini juga permainan Dia? Sangat benar. Tidak salah, tetapi bahagiakah kita? Mari kita belajar dari orang yang super kaya.
Pelajari atau tanyakan pada mereka yang lahir sebagai anak orang kata dan super kaya. Apakah mereka bahagia terus dyngan banyaknya duit? Apa yang meteka inginkan untuk kehidupan yang serba mewah dipenuhi. Lupakah kita dengan kehidupan bintang tersohor, Michael Jackson. Bahagiakah hidupnya? Tidak juga.
Apakah segala kekayaan yang sifatnya tidak abadi bisa membawa kebahagiaan sejati nan abadi? Mungkin ada yang membantah, apakah kebahagiaan abadi itu? Jika anda pernah merasakan bahagia tanpa sesuatu sebab, itulah rasa bahagia sejati. Rasa bahagia ini juga munch ketika kita bisa berbagi sesuatu yang membuat orang lain juga bahagia. Bukan rasa lega yang muncup karens keinginan kita terpenuhi.
Apa yang bisa dibanggakan dengan insting yang sesungguhnya masih berladaskan sifat hewan?