Jangan mengaku beragama tertentu, kemudian membantah: ‘Tidak mungkin!!! Agamaku tidak menyembah benda. Itu kan agama nenek moyang, animisme atau dinamisme… Itu hanya agama yang dari India… Benarkah demikian?
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Itu kan hanya pendapat yang ingin merasa baik dan benar sendiri. Ego yang sangat arogan saja menyatakan demikian. Mungkin ingat peristiwa beberapa tahun yang lalu. Ada wawancara di salah satu stasiun televisi. Yang diwawancarai adalah seseorang yang merasa memiliki Tuhan yang tidak berwujud.
Ia berkata bawa ia berani mengencingi sajen di Bali. Dengan bangga ia berkata: ‘Ahh…tidak ada apa-apa kan ketika saya melakukan perbuatan itu?’ Memang tidak apa-apa. Hanya ia lupa bawa pernyataannya menyinggung banyak orang. Jika ada yang melakukan perbuatan yang sama sebagaimana yang ia perbuat, yang diagungkan, kitab suci atau yang dianggap olehnya suci, mampukah ia menahan sehingga tidak meluap kemarahannya? Saya yakin tidak…
Ia bisa dengan angkuh berkata, kalian penyembah benda. Benda seperti itu saja disembah. Mana buktinya. Aku kencingi toh tidak apa-apa.
Ia bisa menuduh orang lain menyembah benda. Menyembah berarti menghormati . Mungkin ada yang berkata disembah. Tetapi pernahkan ia berkaca, saat benda yang dipuja, kitab suci atau benda di daerah gurun sana juga diperlakukan sebagaimana ia perbuat jika ia bisa tidak marah, berarti benar ia penyembah Tuhan yang tidak berwujud.
Beberapa saat yang lalu seorang pendeta di Amerika membakar kitab suci. Ia sangat marah dan menghujat. Artinya bahwa secara tidak langsung ia penyembah benda mati. Coba saja jika ada orang menghujat benda yang didatangi jutaan orang setiap tahun diperlakukan tidak sebagaimana ia memperlakukan benda tersebut, mampukah ia tidak berang? Saya yakin tidak… Ahhh…, Ternyata ia penyembah benda mati juga… Mengapa mesti malu mengakuinya?
Inilah ego yang merasa paling benar sehingga malu mengakui kelemahannya. Benar yang dikatakan orang, sat kita menunjuk orang, hanya satu jari telunjuk kita menuding kesalahan atau keburukan orang. Kita tidak sadar ada tiga jari menunjuk ke diri sendiri. Berarti kesalahan kita sesungguhnya lebih banyak. Jelas sekali…
Pertama. Kita sudah menuding orang lain buruk. Kita sudah berbuat di luar batas kewenangan kita. Bukankah tidak ada kewenangan yang diberikan Tuhan untuk melakukan hal tersebut?
Ke dua. Kita merasa paling benar. Inilah kesombongan kita. Apakah sikap sombong seperti ini dibenarkan dalam agama? Apalagi Tuhan…
Ke tiga. Dengan selalu menghakimi orang lain sesungguhnya kita sedang menyakiti diri sendiri. Karena saat itu kita memiliki pikiran buruk sehingga hormon yang menyehatkan tubuh tidak berproduksi. Yang terproduksi adalah hormon yang beracun sehingga merusak diri sendiri. Kita lah perusak diri sendiri. Kita mengingkari karunia nikmat yang diberikan Tuhan…
Jika ada yang ingin tahu, siapa yang benar-benar menyembah Tuhan yang tidak terlihat, silahkan pejamkan mata. Dan rasakan kehadirannya dalam diri sendiri….
Dia tidak berada di luar diri. Ia bersinggasana dalam diri sendiri……