Ibarat Super Komputer yang Mahacanggih, kedua bagian utama otak kita bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Bagian Limbic memuat basic programming, yaitu program dasar untuk menjalankan komputer. Inilah insting-insting hewani, atau lebih tepat disebut insting-insting dasar kehidupan. Sedangkan bagian Neo-Cortex memuat program/aplikasi yang dibutuhkan manusia. Muatan pada bagian ini dapat ditambah, dikurangi, dihapus, diperbaiki, atau di”manipulasi”.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Ketika kita masih kanak-kanak, di bawah usia lima tahun, hal-hal yang diajarkan oleh orang tua atau masyarakat menjadi bagian dari Neo-Cortex. Apa yang diamati atau sekadar dilihat oleh seorang anak dalam usia itu akan terekam dengan sendirinya.

Kemudian antara usia 5 hingga 12 tahun terjadi muatan-muatan baru lewat sistem pendidikan. Oleh karena itu, hingga usia 12 tahun disebut Golden Years, Usia Emas, karena banyak sekali muatan ditambahkan pada Neo-Cortex yang kelak digunakan hingga akhir hayat.

Pengertian “manipulasi” di sini hendaknya tidak dikaitkan dengan sesuatu yang bersifat negatif atau jelek karena manipulasi bisa juga untuk sesuatu yang baik. Dan sesungguhnya kita semua telah mengalami “manipulasi” serupa ketika masih berusia di bawah 12 tahun.

Mengarahkan Saraf Otonom

Tugas utama jaringan saraf otonom adalah untuk menjaga kesehatan tubuh dengan terlebih dahulu memperhatikan kebutuhan otak akan oksigen, gula, dan protein. Bila tidak ada pengarahan dan pengendalian dari Neo-Cortex, jaringan ini akan bekerja tanpa kesadaran. Ada kalanya ia mensuplai jauh melebihi kebutuhan dan ada kalanya kurang dari kebutuhan. Hyper atau Hypo, kebanyakan atau kekurangan, kedua-duanya tidak menunjang kesehatan otak. Pada akhirnya hal itu mencelakakan tubuh yang sesungguhnya merupakan wahana bagi jiwa untuk melanjutkan evolusinya.

Lantas, apa yang mesti dilakukan? Tingkatkan kecerdasan belahan kiri otak dan kesadaran belahan kanan otak. Optimalkan fungsi Neo-Cortex yang merupakan berkah khusus bagi manusia. Kemudian kendalikan kinerja Limbic System dan jaringan Saraf Otonom.

Menyempurnakan Kinerja Neo-Cortex

Bila kita menggunakan bahasa awam maka penyempurnaan kinerja Neo-Cortexberarti penyempurnaan daya pikir, kemampuan untuk menganalisa dan mengambil keputusan secara cerdas dan cermat.

Sesungguhnya System Limbic dan Jaringan Saraf Otonom dalam diri kita sudah disesuaikan dengan kondisi alam di planet ini. Ibarat komputer, program awalnya sudah terekam dengan baik. Program awal itu sudah dapat membaca muatan Neo-Cortex dan menyesuaikan dirinya dengan muatan tersebut. Tetapi apa daya bila Neo-Cortex menutup diri atau ditutup, kemudian dibiarkan mandeg atau bermalas-malasan. Padahal tujuan utama kehidupan manusia adalah membangkitkan dan mengembangkan Neo-Cortex. Dengan cara itulah kita baru bisa memfasilitasi evolusi mental yang pada akhirnya mengantar kita pada evolusi spiritual.

Perkembangan Mental/Emosional

Sebagaimana telah dipelajari sebelumnya, peran pendidikan dalam hal pengembangan mental/emosional manusia sangatlah penting. Jika pendidikan distandarisasikan sebagaimana terjadi di negeri kita, kesalahan yang dilakukan oleh pihak penguasa lewat kementrian pendidikan atau para pembuat kurikulum akan berakibat negatif terhadap semua anak didik di seluruh negeri.

Pengertian-pengertian yang keliru, fakta sejarah yang diputar balik demi kepentingan pihak penguasa, kepalsuan yang disajikan sebagai kebenaran, ajaran-ajaran yang tidak membebaskan dan malah membelenggu, kekerasan yang dibenarkan atas nama kepercayaan, dogma dan doktrin yang sudah tidak relevan tetapi tetap dipertahankan, inilah muatan pendidikan kita saat ini. Janganlah menyalahkan generasi kita yang lemah, was-was, takut dan tidak berani mengambil risiko! Karena pendidikan yang mereka peroleh memang tidak memberdayakan mereka.

Pemuda-pemudi kita memang disiapkan untuk menjadi tidak kritis. Segala sesuatu yang dianggap memasuki wilayah SARA (Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan) dianggap tabu untuk dibicarakan atau dibahas. Ajaran-ajaran yang sudah tidak relevan pun mesti dijalani tanpa mempertanyakan relevansinya pada zaman modern. Kitab-kitab suci tidak diperkenankan untuk dibedah dengan menggunakan Intelegensia sendiri. Semuanya mesti mengikuti pakem yang sudah ditentukan. Polisi kepercayaan siap dengan pentungan bila ada yang sedikit keluar dari jalur yang sudah ditentukan. Semua hal ini sama sekali tidak membantu dalam perkembangan mental/emosional manusia.

Para motivator terkenal sering kali malah menakut-nakuti para peserta program dengan tayangan dan uraian tentang neraka. Anak-anak di bawah usia 12 pun dicecoki dengan tayangan-tayangan semacam itu. Para produsen film dan sinetron tidak mau kalah dalam perlombaan mencelakakan anak bangsa dan melemahkan mental mereka. Atas nama kepercayaan, tayangan-tayangan yang mereka sajikan hanya menciptakan rasa takut.

Malapetaka yang Tidak Disadari

Pendidikan yang salah tidak hanya mencelakakan seorang anak didik saja tetapi akan turun temurun mencelakakan generasi berikutnya. Mengapa? Karena kesalahan itu terekam dalam DNA dan akan diteruskan kepada generasi berikutnya, kecuali jika segera diperbaiki.

Sesungguhnya, kita sendiri sudah menjadi korban kesalahan yang sama. Kita mewarisinya lewat muatan DNA dari orangtua kita. Dan mereka mewarisinya dari orangtua mereka. Celakanya, jika suatu kesalahan sudah turun temurun menjadi rekaman DNA maka kesalahan itu lebih sulit untuk diperbaiki. Rekaman lama itu ibarat pohon lebat yang sudah berakar kuat sekali. Tidak berarti pohon rekaman itu tidak dapat ditebang. Bisa saja, tetapi membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh.

Cuplikan buku: