Banyak pengkondisian di masyarakat dalam keadaan demikian. Mengaku bertuhan, tetapi sesungguhnya masih jauh sebagaimana dari yang dimaksudkan. Sifat Tuhan yang kita kenal adalah kasih dan sayang. Tetapi benarkah kita sudah memiliki sifat yang demikian?
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Ketika seseorang masih saja menganggap bahwa miliknya adalah paling baik dan benar, ia belum memiliki sifat yang selama ini diberikan kepada Dia. Jika untuk membuka diri saja tidak mampu, bagaimana bisa berkembang. Kita lupa bahwa Tuhan terus ber ekspansi. Tuhan terus berkembang. Perhatikan alam semesta, setiap saat ditemukan planet atau bahkan galaksi baru. Tuhan tidak berada di suatu tempat. Jika tempat tersebut bisa di tempati oleh Tuhan, ia dapat dipastikan lebih kecil dai tempat tersebut.
Lucunya, mengaku bertuhan, tetapi ketika diajak untuk memahami bahwa semua utusan Tuhan benar, sedikit sekali orang berani menerima. Ketidakberanian untuk menerima berarti menutup diri terhadap perkembangan. Ketakutan untuk menerima kebenaran dari keyakinan dan kepercayaan lain sebagai bukti ketertutupan diri. Kondisi seperti ini tidak selaras dengan sifat Tuhan yang terus meluas.
Kita selalu saja menutup diri bila menganggap apa yang diyakininya paling baik. Banyak yang beragumentasi bahwa jika tidak menganggap paling baik, bagaimana kita bisa tetap pada jalan tersebut? Kita lupa bahwa tujuan keberadaan di bumi adalah menafikan ego. Membunuh pikiran. Selama ini kita selalu saja menganggap setan di luar diri. Kita lupa bahwa setan sesungguhnya ada di dalam benak kita sendiri. Pikiran yang penuh dengan keinginan untuk merasa paling baik, itulah setan.
Setan penghambat penyatuan diri dengan Tuhan. Kita lupa bahwa agama bukanlah tujuan. A – gama terdiri dari dua kata. ‘A’ berarti tidak. ‘Gama’ berarti perpecahan. Tujuan agama adalah penyatuan atau keterhubungan kembali dengan Tuhan. Tetapi apa yang terjadi? Ketika agama sudah dijadikan lembaga atau instansi, ego pun muncul. Lupa pada para nabi yang membawa pesan perdamaian. Segala sesuatu yang ada dalam agama merupakan pesan perdamaian dari para nabi. Sumber pengetahuan dari para nabi satu dan sama, Tuhan.
Pikiran kita yang nakal, selalu saja mangajak kita untuk menjauh dari Tuhan. Pikiran kita selalu saja memberontak ketika diajak untuk mengakui bahwa Dia yang mengirimkan utusan bagi berbagai bangsa dengan pesan yang satu dan sama. Kedamaian dan kasih bagi semua umat. Hanya dengan mengembangkan rasa lasih dalam diri bisa mendekati Tuhan.
Tanpa adanya pengembangan rasa kasih, tiada kemungkinan mendekati Dia Yang Maha Pengasih. Pengembangan ego dengan anggapan bahwa yang diyakininya paling benar justru semakin menjauhkan diri dari Sang Sumber Agung. Sumber kasih.
Betapa kerasnya hati manusia. Batu masih bisa berlubang oleh tetesan air. Hati yang tidak berbentuk materi jauh lebih keras dari batu yang paling keras. Semua ulah pikiran. Kita diperbudak setan pikiran. Ada pepatah yang indah:
‘Lebih mudah membangunkan orang yang benar – benar tidur daripada
orang yang berpura – pura tidur’
Semua akibat perbudakan ego. Mengabdi pada kebenaran diri sendiri adalah tanda ego yang menguat. Inilah orang yang berpura-pura tidur. Kita telah membuat batas imajinasi sesuai dengan pikiran kita…