Ya, berterima kasih lah pada mereka yang mendzolimi dirimu. Inilah yang disebut keadaan win-win situation . Mereka yang menekan atau mendzolimi kita senang, kita yang di dzolimi juga bahagia. Hanya akhir dari perjalanan atau kebahagiaan berbeda. Yang satu menuju kematian sementara yang lain semakin menuju akhir perjalanan sesuai dengan tujuan kehidupan.
Inilah prinsip bunga lotus atau teratai. Bunga lotus atau teratai bisa hidup dengan baik dan subur saat berada di kubangan lumpur. Mereka tumbuh ke atas dan bunganya begitu indah. Lumpur tidak mengotori keindahan sang bunga. Bagi lotus atau teratai keberadaan lumpur yang kotor mendorong kemunculan bunga yang indah. Dengan cerdik ia memanfaatkan keadaannya.
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Manusia yang senang membuat orang lain sengsara merasakan kelegaan. Karena mereka sesungguhnya sedang sakit. Sakit kejiwaan. Mengapa demikian? Karena dalam diri mereka penuh dengan dendam. Ini bisa saja terjadi saat mereka menerima tekanan. Dan akhirnya kemarahan mereka disimpan. Untuk menumpahkan kemarahan yang tersimpan, mereka mencari sasaran yang dianggapnya tidak berdaya. Kasihan sekali keadaan mereka.
Menyikapi keadaan tersebut, jika dibalas pasti akan terjadi konflik tidak berkesudahan. Di atas segalanya, dengan membalas kegilaan mereka sesungguhnya keadaan kita tidak berbeda dengan sakit kejiwaan yang mereka derita. Oleh karenanya, kita harus pintar memanfaatkan situasi ini seperti tumbuhan teratai atau lotus. Pergunakan tekanan mereka untuk meningkatkan kualitas kejiwaan/bathin dalam diri kita.
Bukan kah dalam beberapa kitab suci para nabi sudah mengingatkan:
“Sebaik-baiknya membalas perbuatan buruk jauh lebih baik jika bisa memaafkan”
Dengan memaafkan perbuatan mereka dengan sendirinya kualitas kejiwaan kita tumbuh menjadi sebagaimana bunga teratai atau lotus. Jiwa akan berkembang menebar keharuman bagi sekeliling. Mari lah kita tersenyum dengan melihat perbuatan mereka. Namun sebelum melakukan itu, berbuat sesuatu untuk mengingatkan mereka. Setelah diingatkan baik secara halus maupun tegas tidak mau mengerti juga, marilah kita menikmati pertunjukan. Ke duanya mengalami kepuasan.
Si penderita sakit kejiwaan puas karena bisa melampiaskan kemarahannya. Si orang yang di dzolimi juga merasakan kebahagiaan. Ia berhasil menjadi saksi atas kemampuan dirinya mengatasi keadaan yang rumit dan menyakitkan.
Sayang hasil akhir yang di peroleh ke dua belah pihak sangat berbeda. Si penderita sakit kejiwaan akhirnya menuju keterpurukan keduniawian semakin dalam, sedangkan si penerima ke dzoliman atas dirinya semakin bisa melepaskan keterikatan duniawi. Dan itulah tujuan kelahiran di bumi ini.
Pilihan di tangan kita. Bukan Tuhan yang menentukan kondisi kejiwaan kita. Tuhan menciptakan suasana bagaimana cara mematangkan jiwa agar bisa kembali kepada Nya dengan keterlepasan dari keterikatan duniawi sehingga yang ada hanya Dia dalam hati…..