Buku Dongeng Spiritual: Kisah Akhir Makhluk Yang Tidak Lepas Dari Takdir Pilihannya Betapa Upaya Sudah Dilakukan Sang Guru Spiritual
Segala sesuatu yang kita lakukan atau perbuat tidak akan lepas dari hukum tarik menarik atau lebih dikenal The Law of Attraction. Buku Dongeng Spiritual dengan Judul HIDUP MATI DI SINI buah Karya Anand Krishna sungguh memberikan pemahaman lebih dalam terkait hukum tarik menarik; hukum alam. Walaupun telah dilakukan upaya keras, tetap saja hukum ini berlaku.
Dalam buku tersebut ada suatu kisah sangat menarik sebagai berikut: BIBIT TIKUS
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
Saya Pernah Baca tentang seorang petapa, yang menemukan seekor anak tikus di hutan… Sepertinya, baru lahir dan terpisahkan dari induk serta saudara-saudaranya, yang kemungkinan besar dimangsa ular atau binatang lain.
Sang petapa merasa kasihan. Ia menggunakan kekuatan pikirannya, mindnya untuk mengubah anak tikus itu menjadi anak manusia, bayi perempuan sesuai dengan kelamin anak tikus.
Ia membesarkannya dengan penuh kasih sayang, bahkan diberi pelajaran tentang hidup bermasyarakat….. in short, singkatnya, ia diberi semua pelajaran yang dibutuhkan oleh seorang Anak manusia.
Dengan segala keterbatasan alaminya, anak tikus – manusia itu did not do too bad. Ia tumbuh menjadi seorang gads yang cantik dengan tinkgkat IQ, EQ, SQ, dan EE lainnya sedikit di bawah sedang. Hore, nggak jelek kan?!
Maka, Sang Petapa Mulai Memikirkan Jodoh sesuai dengan kriteria yang diberikan dalam susastra. Ada 7 hal utama, yang dinggap paling penting, dan tidak bisa ditawar:
- Bibit yang baik
- Dari keluarga yang Mapan dan Berpenghasilan
- Berpendidikan
- Berkarakter
- Berpenampilan Menawan
- Sehat Fisik dan Mental/Emosional
- Pergaulan/Hubungan dengan Orang-orang Baik
Tujuh Hal Tersebut Merupakan Satu Paket. Idealnya seorang suami memiliki semuanya. Tidak kurabg satu pun.
Sang petapa berpikir lama, dan memutuskan untuk menghubungi Dewa Surya, “Dia adalah yang paling berkuasa atas kehidupan di muka bumi ini. Dia membre tanpa pilait kasih. Sapa yang dapat menandinginya?”
Dengan kekuatan pikirannya, ia berhasil mengadakan kontak, bahkan menghadirkan Dewa Surya dalam wujudnya sebagai Makhluk Bercahaya dan menyampaikan maksud serta tujuannya.
Sang Dewa tersenyum, “Baiklah Petapa Suci, adalah sebuah berkah dań kehormatan bagiku jika putri Yang Mulia menerimaku sebagai suaminya.” Senyuman Dewa Surya menyimpan rahasia, mengandung makna yang saat itu tidak dipahami oleh Sang Petapa.
“Tentu, Tentu Dewa Surya,” jawab sang petapa, “persetujuan dia adlaha sama pentingnya.”
Maka, ia memanggil anaknya, dan berkata, “Nak Menurut bapak, baik di muka bumi maupun di angkasa – tiada yang dapat menandingi Dewa Surya. Jika kau setuju, bapak akan memberkati perkawinan kalian.”
“Dewa Surya, jawab Anak otu dengan sinis, “matahari sangat panas, bapak. Aku tak mampu menahan panasnya.”
Berarti tidak setuju. Hmmmm……… Petapa itu bertanya kapada Dewa Surya, “Kiranya dakah dewa atau makhluk lain yang dapat kuhubungi untuk menjadi suami putriku?”
Rupanya Dewa Surya sudah tahu bila akan ada pertanyaan seperti itu. Ia sudah siap, “Ada, Yang Mulia. Bahkan dewa yang lebih sakti……….Devendra, Indra – Raja Para Dewa. Ia yang berku asa di langit. Ia menyebabkan adanya awan, hujan, dan halilintar. Seterik dan sepanas apa pun diriku, Yang Mulia, awan ciptaan Indra dapat menutupinya.”
Singkat Cerita…..Sang Petapa menghubungi Indra, Sang Raja poara Dewa pun setuju, asal “Putri yang Mulia berkenan, supaya tidak ada kekcewaan.” Indra pun menjawab sambil tersenyum.
Lalu, apa kata Putri? “Bapak, aku dengar Devendra sangat sibuk. Urusannya begitu banyak…menciptakan awan dan halilintar, menurunkan hujan, dan mengurusi dewa lain. Selain itu, di Indraloka, tempat ia bersemayam banyak sekali apsara, bidadari-bidadari cantik, untuk menghiburnya.
“Aku tidak bisa mengharapkan banyak dari Indra, bapak. Bisakah aku mengharapkan perhatian yang sama darinya, seperti yang kuperoleh dari bapak sekarang ini?”
Tidak jadi…. Dan Dewa Indra menyarankan agar sang petapa menghubungi Dewa Vayu, “Dia menguasai angin.”
Sang Putri, Ssungguhnya adalah Tikus-Manusia masih tidak puas, “Apa pak? Vayu, Angin? Adakah seorang pun perempuan yang bisa tinggal bersama seorang suami yang angin-anginan? Kadang ke arah barat, kadang ke timur……. Skapa yang dapat mengendalikannya? Tidak pak.”
Gillian Vayu memberikan saran, “mungkin Hemaraj, penguasa perbukitan Himalaya adalah yang paling cocok bagi putri Yang Mulia. Sekencang apa pun tiupanku, ia tetap berging dan berada di tempatnya. Tidak bergeier sama sekali.”
Sang Putri tetap tidak setuju, Apa yang akan kulakukan di perbukitan pak? Apalagi tidak pernah bergerak. Aku tak dapat membayangkan hidup bersama Hemaraj.”
Ditanya oleh Petapa, Hemaraj Menjawab: “ Aku dapat menahan tiupan angin sekencang apa pun, Yang Mulia, tapi tidak bisa berbuat sesuatu terhadap makhluk yang satu ini… Ia bisa membuat sarang dengan cara menggali lubang di kakiku, di badanku. Ia adalah tikus, Yang Mulia. Kebetulan sekali, raja para tikus bersarang di perbukitanku juga. Jika berkenan, akan kuhadirkan dia.”
Sang petapa baru memahami rahasia di balik senyuman para dewa ketika atak tikus-manusia itu menolak mereka…….Ternyata!!
Begitu melihat raja para tikus, anak tikus-manusia itu girlang bukan main, ia mengangkatnya, “Bapak, dialah yang paling tepat untuk menjadi suamiku.”…………
Seperti inilah juga kondisi kita saat ini: Walaupun sudah mendapatkan grace atau anugerah yang luar biasa dan mengalami lompatan kuantum – dari seekor anak tikus menjadi manusia, putri tikus pun tidak bisa membuang sampah memori………..
Mari kita renungkan betapa banyak berkah sudah kita terima, namun bila sampah memori belum terbersihkan dari memori kita, tanpa sadar kita akan menarik mereka yang memiliki sifat buruk yang sama…………