Menarik sekali mengamati perjalanan sang presiden ke 7 Republik Indonesia. Selain kecepatannya menjadi orang nomor satu di Indonesia, apa yang dilakukan beda dengan presiden sebelumnya. Ia begitu perhatian pada wilayah timur yang selama ini diabaikan oleh beberapa pemimpin negara sebelumnya. Pembangunan infrastruktur di wilayah timur begitu mendapatkan prioritas, Papua misalnya banyak infrakstruktur yang dibangun. Jalan dan rel kereta api akan menjadikan daerah Papua terhubung satu dengan lainnya.

Saya tidak menyoroti itu, hanya yang jadi perhatian saya adalah bagaimana ia tidak peduli pada segala hujatan dan cacian. Orang seperti ini jarang ditemukan. Seakan ia memiliki energi alam berlebih. Ia berada di wilayah getaran berbeda dengan para penghujat dan pencacimaki.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Saya ingat tulisan seseorang yang menyebutkan bahwa ketika seseorang memiliki keburukan, maka yang keluar adalah keburukan juga. Bagaimana dengan Rabiah Aldawiayah saat dikatakan bahwa ia tidak bisa membenci setan. Baginya tidak ada kamus kata setan karena seluruh hatinya terisi kasih pada Allah. Demikian pula nabi Isa saat dimaki oleh seseorang, seorang muridnya bertanya, ‘Mengapa Rabbi tidak membalas caci makinya.’ Dan Isa pun menjawab: ‘Aku tidak memiliki mata uang kebencian untuk membalas caci maki orang tersebut.’ Begitu suri tauladan para nabi. Bersihkan hati sehingga tidak lagi memiliki mata uang untuk membalas.

Saya tidak mepersamakan Jokowi dengan para nabi, namun yang dilakukan ada kemiripan. Saat dahulu majalah Obor mencaci dan mefitnah, sampai saat ini tidak satupun koran atau media memberitakan balasan apa yang diterima oleh si penyebar hal yang tidak benar. Bahkan saat ada media yang menjelekkan dia setelah jadi presiden pun tidak pernah dibalasnya. Ia hanya fokus kerja dan kerja. Ia di wilayah kesadaran energi yang berbeda. Beda dengan yang digantikan sebelumya, saat ada yang menyindir, langsung ia membalas dengan ‘curhatan’ di tweeter atau dalam bentuk kata yang akhirnya dimuat. Seseorang yang seperti ini dalam klasifikasi wilayah energi yang sejenis dengan pengkritiknya.

Seorang nabi berada pada wilayah geteran energi yang tinggi sehingga tidak pernah merasa terganggu oleh mereka yang tidak suka pada dirinya. Saat kita merasa terganggu, sesungguhnya frekuensi getaran energi kita pada wilayah yang sama. Wilyah getaran energi bukan orang lain yang menaik atau menurunkannya, kita sendiri juga yang menaikkan. Bersihkan sampah kotoran hati, maka level energi pun akan meningkat.

Kembali ke Jokowi. Kita semua masih ingat saat beliau terpilih jadi presiden ke 7, bagaimana gedung parlemen dikuasai oleh mayoritas tidak mendukungnya menjadi presiden. Ia tidak gentar, dan pada akhirnya saat ini gedung parlemen anggota dewan yang terhormat dikuasai oleh mereka yang mendukung presiden, PAN dan PKS pun bisa dikatakan bergabung.

Alam seakan membantu yang dilakukan oleh Jokowi, tidak membalas. Saat kiota baik, maka yang datang pun kebaikan. Saat kita marah yang datang pun kemarahan. Inilah hukum ketertarikan atau Law of attracion.

Saat kita melakukan yang menjadi fokus untuk kebaikan orang banyak, saat itu seakan alam pun mendukung yang kita lakukan. Jangan biarkan perhatain kita tercampur dengan dendam pribadi. Saat kita sakit hati pada yang dikatakan orang, kita harus kembali mengingat bahwa kita mampu memilih mana yang terbaik bagi orang banyak. Bayangkan jika seseorang presiden mengurusi masalah sakit hati karena dicacimaki, saat itu ia sedang menurunkan level energinya ke wilayah lebih rendah.

Kita bisa belajar dari fenomena Jokowi bahwa ketika diberikan kepercayaan oleh rakyat, utamakan kepentingan rakyat. Bukan sebaliknya mengurusi sakit hati pribadi. Dan jaibnya kita bisa mengikuti hal ini dengan cara mengalihkan perhatian pada wilayah yang beda dengan yang tidak menyukai diri kita.

Akhir – akhir ini juga ada hal lucu. Seseorang yang dari dahulu membencinya dengan banyak kata – kata yang tidak sepantasnya, terkena jerat. Dipecat dari partai PKS. Banyak orang berpendat bahwa didalangi  oleh sang presiden. Tetapi dibantah oleh pihak ke presidenan. Banyak orang lupa bahwa saat kita membela kebaikan, maka kebaikan pun akan membela kita.

Kita lah penentu nasib kita sendiri. Bukan orang lain……..