Lapisan ke tiga adalah Manamaikosha.

Lapisan ini berkaitan dengan mind atau manas.

Buku Meditasi dan Yoga Terbaik

  • Dapatkan Buku Meditasi Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Terbaik Untuk Pemula [Beli Buku]
  • Dapatkan Buku Yoga Sutra Patanjali [Beli Buku]

Lapisan kesadaran yang berhubungan dengan gugusan pikiran serta perasan atau , mind. Dalam keseharian, lapisan mind serta perasaan dan energi sangat erat sekali hubungannya. Pikiran adalah gelombang energi juga. Oleh karenanya sangat suit membicarakan lapisan ini secara terpisah dengan lapisan ke dua, Pranamaikosha. Pada lapisan ini manusia menjadi pengabdi pikiran. Ia menganggap ‘diri’ sebagai pikiran sehingga sulit bisa mengapresiasi orang lain. Seakan tanpa diri yang disebut mind, kita tanpa daya. Ego terletak pada mind.

Dari hasil penelitian para pakar kesehatan, terbukti bahwa saat orang terganggu pikiran atau gugusan pikiran/mind orang tersebut mudah terserang penyakit. Ketika pikirannya dalam keadaan tidak stabil, mungkin berakibat kegalauan, kegelisahan, khawatir serta sedih berdampak pada terganggunya detak jantung. Detak jantung yang tidak lagi selaras dengan alaminya berpengaruh pada kelancaran peredaran darah. Pada akhirnya mengganggu kinerja seluruh organ dalam tubuh kita.

Dari keterangan di atas ternyata yang sakit bukanlah jiwa tetapi pikiran atau mind. Namun selama ini secara umum dikatakan bahwa seorang gila adalah seorang sakit jiwa. Sejatinya jiwa tidak sakit. Jiwa netral adanya, bahkan sesungguhnya jiwa merupakan dasar adanya kehidupan ini. Jiwa individu adalah jiwa yang ada dalam diri seseorang. Kumpulan jiwa disebut purusa. Sumber dari segala jiwa ada Sang Maha Jiwa Agung. So, jika ada seseorang yang mengatakan ‘sakit jiwa’ bukankah berarti Sang Maha Jiwa Agung juga bisa sakit???

Jadi yang tepat sakit mental bukan sakit jiwa. Dalam bahasa Inggris sudah tepat: Mental Health, Sehat mental. Apa yang menyebabkan seseorang sakit mental. Rasa kepemilikan yang sangat.

Ya, tepat sekali. Sifat pikiran demikian adanya. Rasa kepemilikan atau possesiveness. Rasa memiliki yang timbul dalam pikiran karena membayangkan sesuatu. Misalnya, seseorang yang melihat wanita cantik. Ia ingin memiliki karena dalam pikirannya, ia membayangkan jika menikah dengan si wanita cantik ia bisa bahagia. Indranya bisa merasakan sensasi yang nikmat. Ia lupa bahwa semuanya ciptaan pikirannya sendiri.

Sebaliknya, ketika melihat wanita yang berwajah kurang menarik seleranya, ia tidak bisa membayangkan bisa merasakan sensasi indrawi yang nikmat. Ia merasa kurang tertarik. Dengan kata lain, sesungguhnya dalam pikirannya ada memori yang sudah tersimpan sebelumnya. Memori yang memberikan statement bahwa rasa wanita cantik begini dan wanita yang kurang menarik begono. Inilah yang disebut bibit pikiran atau citta.

Bibit tersebut sudah ada dalam pikiran. Dan ketika melihat wanita yang sesuai dengan selera sebagaimana terukir dalam pikirannya, ada kesesuaian. Bibit ini dalam Yoga Sutera Patanjali disebut citta. Citta ini harus dikurung atau dikondomi agar tidak berkembang menjadi pohon. Sumber segala penyakit duniawi adalah tumbuh kembangnya sang Citta.

Dalam pepatah kuno ada yang kurang tepat sehingga semakin mengaburkan pemahaman kita secara umum. Itulah sebabnya istilah umum yang selama ini kita yakini kebenarannya mesti diubah. Dahulunya ada istilah ‘Men sana in corporesano‘ Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Paradigma harus diganti menjadi: Jiwa yang sehat menghasilkan tubuh yang sehat. Mengapa?

Banyak orang yang badannya sehat belum tentu jiwa nya sehat. Para koruptor yang selalu memutar akal agar bisa menggarong uang rakyat. Tubuh mereka sehat, mungkin kita juga bisa melihat mereka yang ada dalam perawatan RS Jiwa, tubuh sehat; tetapi pikiran atau jiwanya tidak sehat.

So, pendek kata, jika kita masih mengasosiasikan ‘diri’ sebagai mind atau pikiran, tak pelak lagi dunia akan tambah kacau. Sumber kekacauan terletak pada pemahaman bahwa ‘DIRI’ adalah pikiran.

Dalam buku The Miracle of Endorphine dijelaskan bahwa saat pikiran tenang dan damai, kondisi rileks, tubuh membentuk hormon yang disebut beta-endorphine. Hormon yang membuat tubuh kita sehat.

Sebaliknya, saat pikiran kita gelisah, galau, kecewa, sakit hati serta marah, tubuh kita memproduksi hormon beracun yang disebut nor-adrenalin. Hormon inilah yang menciptakan gangguan kesehatan pada kinerja organ dalam tubuh kita.

Pikiran sebagai sumber benih atau citta harus mengalami transformasi menuju kesadaran ke 4, Vagyanmaikosha.