Kegelapan Pengetahuan
Kegelapan Pengetahuan tentang diri sejati merupakan penderitaan paling dalam. Pernyataan ini merupakan suatu kenyataan. Mereka yang berada dalam kegelapan pengetahuan tentang kesejatian diri biasanya sudah nyaman dengan kondisi dirinya. Mereka merasa bahwa keadaan ini memang sudah merupakan kenyamanan.
Saya merenungkan kalimat ini:
Buku Meditasi dan Yoga Terbaik
The Ignorant Never Pray for Light – they are quite happy, quite satisfied with living in the darkness, in the shadows. They are afraid of light, since it may expose their blemishes – hence they can never chant any mantra with right spirit. (Romancing Sindh by Anand Krishna)
Proses Evolusi Mind
Pengetahuan Sejati membuat seseorang sadar akan peran dirinya di dunia ini. Cahaya pengetahuan sejati amat sangat menyilaukan bagi mereka yang berada dalam kegelapan pengetahuan. Berada dalam situasi ini memang selalu membuat orang menderita. Gelapnya pengetahuan sejati bagaikan api neraka. Berita baiknya adalah bahwa banyak orang berada dalam kegelapan ini.
Untuk mendapatkan keinginan keluar dari kegelapan pengetahuan ini butuh waktu ratusan tahun. Proses evolusi mind dari hewan atau tumbuhan sel satu ke reptil kemudian dilanjutkan ke hewan mamalia butuh waktu yang panjang sekali. Mungkin banyak yang tidak mau menyadari akan adanya proses evolusi mind ini. Namun bila kita mau memperhatikan susunan otak kita, betapa sesungguhnya jenis otak reptil juga merupakan bagian dari otak manusia.
Bagian otak yang disebut mammalian brain juga ada. Bagaimana buktinya?
Sifat otak mammalian tidak berbeda dengan manusia. Rasa sakit dan emosi sebagaimana ada hewan mamalia merupakan bukti bahwa mind manusia pernah hidup pada hewan mamalia.
Keinginan jauh dari Cahaya Kebenaran
Menurut pemahaman saya, mereka yang tidak peduli dengan pengetahuan sejati atau cahaya kebenaran sejati membuktikan bahwa penggunaan otak reptil masih dominan. Dalam Bhagavad Gita atau kitab leluhur Nusantara dikenal sebagai sifat Tamasik. Sifat ini merupakan salah satu dari tiga sifat dasar manusia.
Rasa takut akan cahaya dan nyaman berada di alam kegelapan hanyalah membuktikan rasa takut akan kebenaran sejati. Mengapa demikian?
Karena kebenaran sejati menuntut kita bertanggung jawab atas perbuatan sendiri. Kita tidak bisa menyalahkan orang lain, setan misalnya. Sebagian lembaga kepercayaan menyalahkan pihak ke tiga bisa terjadi kesalahan. Bahkan Tuhan pun dianggap sedang mencoba umatnya.